BAB III. X. 1
INTERAKSI SOSIAL DAN
DINAMIKA
KEHIDUPAN SOSIAL
A. DEFINISI INTERAKSI SOSIAL
Sejak dilahirkan manusia mempunyai
naluri untuk hidup bergaul dengan sesamanya. Naluri ini merupakan
salah satu kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk memenuhi kebutuhan
hidup lainnya. Upaya manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya dilakukan
melalui suatu prose yang disebut interaksi sosial. Interaksi
Sosial adalah suatu hubungan timbal balik antara individu dengan
individu, individu dengan kelompok, kelompok dengan kelompok dalam masyarakat.
Dalam kanyataan sehari-hari terdapat tiga macam cakupan dalam definisi
interaksi sosial, yaitu :
1. Interaksi antara individu dengan
individu
Wujud interaksi ini dapat dalam bentuk
jabat tangan, saling menegur, bercakap-cakap atau mungkin bertengkar
2. Interaksi antara individu dengan
kelompok
Secara konkret bentuk interaksi ini bisa
dilihat pada contoh : seorang guru sedang mengajari siswa-siswanya dalam kelas,
atau seorang orator yang sedang berpidato di depan orang banyak.
3. Interaksi antara kelompok dengan
kelompok
Bentuk interaksi ini menunjukan bahwa
kepentingan individu dalam kelompok merupakan satu kesatuan, berhubungan dengan
kepentingan individu dalam kelompok lain. Contohnya, satu kesebelasan sepak
bola bertanding melawan kesebelasan lainnya.
a. HAKIKAT INTERAKSI SOSIAL
Interaksi sosial adalah hubungan dan pengaruh
timbal balik antara individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan
kelompok dengan kelompok.
Terjadinya interaksi sosial bermula dari individu melakukan tindakan sosial
terhadap orang lain.
Tindakan sosial adalah perbuatan-perbuatan yang ditunjukkan atau
dipengaruhi orang lain untuk maksud serta tujuan tertentu.
Berdasarkan cara dan tujuan tindakan sosial dibedakan
menjadi :
a. Tindakan rasional instrumental, yaitu tindakan yang dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara
cara dan tujuan. Contoh: tindakan memilih program atau jurusan di SMA
dengan mempertimbangkan bakat, minat dan cita-cita.
b. Tindakan rasional
berorientasi nilai, yaitu tindakan yang berkaitan dengan
nilai-nilai dasar dalam masyarakat sehingga pelaku tidak lagi mempermasalahkan
tujuan dan tindakan, yang menjadi persoalan dan perhitungan pelaku hanyalah
tentang cara. Contoh: tindakan memberi sedekah pada fakir miskin.
c. Tindakan tradisional, yaitu tindakan yang
tidak memperhitungkan pertimbangan rasional. Tindakan ini dilaksanakan
berdasarkan pertimbangan kebiasaan dan adat-istiadat. Contoh: melakukan
upacara tradisi untuk melestarikan budaya.
d. Tindakan afektif, yaitu tindakan yang
didasarkan pada perasaan atau emosi. Contoh: menangis karena sedih.
Semua tindakan sosial melahirkan aksi dari seorang individu dan menimbulkan
reaksi dari individu lain. Karena adanya sifat pengaruh mempengaruhi satu
sama lain, maka tindakan ini menyebabkan hubungan sosial. Jika hubungan sosial
tersebut berlangsung secara timbal balik maka akan menyebabkan terjadinya
interaksi sosial.
Suatu tindakan bisa disebut sebagai interaksi sosial jika memiliki ciri-ciri sebagai
berikut :
a) Jumlah pelakunya lebih
dari satu orang.
b) Adanya komunikasi
antara pelakunya dengan menggunakan simbol-simbol atau lambang.
c) Adanya dimensi waktu
yang meliputi masa lalu, masa kini dan masa yang akan datang.
d) Adanya tujuan yang
akan dicapai dari hasil-hasil interaksi sosial tersebut.
b. SYARAT TERJADINYA
INTERAKSI SOSIAL
Proses interaksi sosial terjadi apabila terpenuhi dua syarat, yaitu :
1. Kontak Sosial, hubungan sosial antara
individu satu dengan individu lain yang bersifat langsung, seperti dengan
sentuhan, percakapan maupun tatap muka.
Bentuk kontak sosial adalah :
a. kontak antara individu
dan individu
b. kontak antara individu
dan kelompok
c. kontak antara kelompok
dan kelompok
Sifat kontak sosial adalah :
a. kontak primer, yaitu kontak yang
dilakukan secara langsung.
contoh : bertatap muka, saling tersenyum, bersalaman.
b. kontak sekunder, yaitu kontak yang dilakukan
melalui perantara atau penghubung.
Kontak sekunder terdiri dari dua macam yaitu :
1). Kontak sekunder langsung, yaitu
kontak yang dilakukan masing-masing pihak melalui alat tertentu, misal telepon,
surat dan melihat televisi.
2). Kontak sekunder tidak langsung,
yaitu kontak yang dilakukan dengan bantuan pihak lain (pihak ketiga), misal
ayah menitip pesan pada ibu agar sopir langsung menjemput ke bandara.
2. Komunikasi, yaitu proses
penyampaian pesan seseorang kepada orang lain yang dilakukan secara langsung
maupun dengan alat bantu agar orang lain memberikan tanggapan atau tindakan
tertentu. Komunikasi dapat diartikan sebagai suatu tafsiran seseorang
terhadap perilaku orang lain yang berwujud pembicaraan maupun gerak-gerik
badaniah. Komunikasi dapat diwujudkan dengan pembicaraan, gerak-gerik
fisik ataupun perasaan. Disini muncullah reaksi ataupun pesan yang diterima
baik itu berupa perasaan, gerak balasan maupun pembicaraan. Saat ada aksi
dan reaksi itulah terjadi komunikasi. Karena komunikasi adalah penyampaian
pesan dan hasilnya adalah reaksi atas aksi maka komunikasi dapat bersifat
positif atau negatif. Komunikasi akan menghasilkan sesuatu yang
positif atau terjadi kerjasama apabila masing-masing pihak yang melakukan
komunikasi saling memahami maksud dan tujuan pihak lain. Di dalam komunikasi
akan terjadi kemungkinan berbagai macam penafsiran terhadap tingkah laku orang
lain.
c.. FAKTOR-FAKTOR YANG
MENDORONG TERJADINYA INTERAKSI SOSIAL
Secara psikologis, seseorang melakukan interaksi sosial dengan orang lain
didasari oleh adanya dorongan-dorongan yang bersifat psikologis-sosiologis
antara lain :
1. Sugesti, yaitu suatu proses
pemberian suatu pandangan atau pengaruh oleh seseorang kepada orang lain dengan
cara tertentu, sehingga orang tersebut mau mengikuti pandangan atau pengaruh
tersebut tanpa berfikir panjang. Oleh karena sugesti merupakan anjuran yang
bersifat menggugah emosi spontan seseorang tersebut tanpa sempat berfikir
panjang, maka keberhasilan sugesti ditentukan oleh hal-hal sebagai berikut :
a. Orang yang memberikan
sugesti lebih berwibawa. Wibawa bisa disebabkan karena umurnya lebih tua, lebih
berpendidikan, lebih berkuasa atau sebab yang lainnya.
b. Pandangan yang
diberikan lebih berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan si penerima sugesti.
c. Lebih berhasil bila
kondisi si penerima sugesti dalam keadaan emosinya tidak stabil. Sebaliknya
orang yang emosinya stabil akan susah untuk diberi sugesti.
2. Imitasi, yaitu proses belajar
seseorang dengan cara meniru orang lain baik dalam wujud sikap (attitude),
penampilan (performance), tingkah laku (behaviour), maupun gaya hidup (life
style). Melalui proses ini seseorang dapat mempelajari nilai, norma dan
peran-peran sosialyang harus dilakukan dalam masyarakatnya. Namun, sisi negatif
dari proses imitasi ini adalah munculnya tipologi manusia yang pasif karena ia
hanya meniru orang lain atau hanya sebagai pengikut dan mencontoh hasil-hasil
orang lain. Apalagi apabila yang ditiru adalah perilaku-perilaku menyimpang,
maka perilaku yang dihasilkan dari imitasi ini akan dapat menyimpang dari nilai
dan norma yang berlaku.
3. Identifikasi, yaitu proses yang
berawal dari rasa kekaguman seseorang kepada tokoh idolanya. Kekaguman tersebut
mendorong seseorang untuk menjadikan dirinya sama atau identik dengan tokoh tersebut.
Bila dibanding dengan imitasi, proses dalam identifikasi lebih mendalam, Karena
dalam identifikasi seseorang mencoba menempatkan dirinya seperti keaadaan orang
lain, atau dengan kata lain ia mengidentikkan atau menyamakan dirinya dengan
orang lain. Proses identifikasi biasanya berlangsung dalam keadaan dimana orang
yang melakukan identifikasi benar-benar mengenal pihak yang menjadi tokoh atau
idola sehingga sikap, pandangan, serta keyakinan yang dipunyai idola tersebut
ingin dimiliki dan dijiwainya. Jadi, tidak sekadar mencontoh seperti dalam
imitasi, tetapi lebih dari itu ia ingin menjadi sama dengan idola. Misal :
seseorang yang megidentifikasikan dirinya dengan Mariah Carey atau Desy
Ratnasari, maka orang tersebut akan bergaya penampilan, potongan rambut, cara
berpakaian, dan cara berbicaranya sebisa mungkin sama dengan
keduaartis idola tersebut.
4. Simpati, adalah perasaan
tertarik yang timbul dalam diri seseorang yang membuatnya merasa seolah-olah
berada dalam keadaan orang lain. Bila dibandingkan dengan identifikasi, maka
simpati mirip dengan identifikasi yaitu dalam hal kecenderungan
menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Namun, perbedaannya
yaitu di dalam simpati yang memegang peranan penting adalah perasaan meskipun
dorongan utamanya adalah keinginan untuk memahami dan bekerja sama dengan pihak
lain tanpa memandang kedudukan dan status.Adapun identifikasi didorong oleh
keinginan menjadi sama dengan pihak lain yang dianggap memiliki kelebihan
tertentu atau dianggap sebagai idola. Contoh dalam simpati antara lain :
seseorang yang ikut merasa iba kepada kawannya yang terbaring di rumah sakit
dengan cara menjenguk. Atau, seseorang memberikan ucapan selamat kepada teman
karena ikut merasakan senang atas keberhasilan kawannya tersebut dalam lomba
baca puisi tingkat nasional.
5. Motivasi, adalah dorongan,
rangsangan, pengaruh atau stimulus yang diberikan seseorang kepada orang lain
sedemikian rupa sehingga orang yang diberi motivasi tersebut menuruti atau
melaksanakan apa yang dimotivasikan secara kritis, rasional, dan penuh rasa
tanggung jawab. Motivasi bersifat positif karena dapat mendorong individu
berpikir kritis dan kreatif. Sebaliknya sugesti bersifat negatif karena dapat
mendorong individu berperilaku irasional. Motivasi dapat diberikan dari seorang
individu kepada kelompok, kelompok kepada kelompok, atau kelompok kepada
individu. Wujud motivasi bisa dilihat dari berbagai contoh sikap atau perilaku.
6. Empati, hampir mirip dengan
sikap simpati. Perbedaannya, sikap empati lebih menjiwai atau lebih terlihat
secara emosional, misalnya jika kita melihat keluarga atau kerabat kita terkena
musibah, sikap empati membuat kita seolah-olah ikut merasakan penderitaan
akibat musibah tersebut.
B. BENTUK-BENTUK INTERAKSI
SOSIAL
Bentuk interaksi sosial ada dua macam yaitu :
1. Proses interaksi
sosial yang assosiatif, yaitu proses
interaksi sosial yang cenderung menciptakan persatuan dan meningkatan
solidaritas di antara masing-masing anggota kelompok. Proses ini terdiri dari :
a. Kerjasama, yaitu bergabungnya
individu-individu atau sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama.
Kerjasama timbul apabila orang atau individu menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup
pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi
kepentingan-kepentingan tersebut.
Lima bentuk kerjasama antara lain :
1. Kerukunan, mencakup gotong
royong dan tolong menolong
2. Bargaining, yaitu pelaksanaan
perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua organisasi atau lebih
3. Kooptasi, yaitu suatu proses
penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik dalam
suatu organisasi. Kooptasi merupakan suatu cara untuk menghindari terjadinya
kegoncangan terhadap stabilitas organisasi yang bersangkutan.
4. Koalisi, yaitu kombinasi
antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
Koalisi dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk sementara
waktu, hal ini terjadi karena dua organisasi atau lebih tersebut kemungkinan
mempunyai struktur yang tidak sama. Akan tetapi karena maksud utamanya adalah
untukmencapai tujuan bersama maka sifatnya adalah kooperatif.
5. Joint Venture, yaitu kerjasama
dalam pengusahaan proyek-proyek tertentu.
Contoh : pertambangan dan perhotelan.
Hal-hal yang dapat menyebabkan bertambah kuatnya kerjasama antara lain :
1. Adanya orientasi yang
sama
2. Adanya bahaya atau
ancaman dari luar
3. Ketersinggungan
berkaitan dengan hal-hal yang tertanam kuat dalam kelompok
4. Mencari keuntungan
5. Semata-mata menolong
b. Akomodasi.
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti, yaitu :
1). Menunjuk pada suatu keadaan
Akomodasi artinya suatu keseimbangan dalam interaksi antara orang –
perorang atau kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma dan nilai
sosial yang berlaku di dalam masyarakat
2). Menunjuk pada suatu proses
Akomodasi artinya usaha manusia untuk
meredakan pertentangan atau konflik guna mencapai kestabilan.
Jadi akomodasi adalah suatu interaksi kearah terciptanya kesepakatan yang
dapat diterima kedua belah pihak yang tengah bersengketa. Akomodasi ini terjadi
pada orang atau kelompok yang harus bekerja sama sekalipun dalam kenyataannya
mereka memiliki paham yang berbeda dan bertentangan. Tanpa akomodasi dan
kesediaan berakomodasi, dua pihak yang berselisih paham tersebut tidak akan
mungkin bekerja sama untuk selamanya.
Tujuan akomodasi :
1) Mengurangi
pertentangan antara orang-perorang atau kelompok akibat perbedaan paham.
2) Mencegah meledaknya
suatu pertentangan untuk sementara waktu atau secara temporer.
3) Memungkinkan
terjadinya kerjasama antara kelompok-kelompok sosial yang hidupnya terpisah
sebagai akibat faktor-faktor sosial psikologis.
4) Mengupayakan peleburan
antara kelompok-kelompok sosial yang terpisah.
Bentuk-bentuk akomodasi antara lain :
1). Pemaksaan (coercion),
adalah suatu bentuk akomodasi yang berlangsung dengan cara pemaksaan sepihak
baik langsung (fisik) maupun tidak langsung (psikologis). Pemaksaan seperti itu
hanya mungkin terjadi apabila kedua belah pihak yang tengah berakomodasi
memiliki kedudukan sosial dan kekuatan yang tidak seimbang sehingga salah satu
pihak berada dalam posisi lemah. Contoh pemaksaan adalah perbudakan.
2). Kompromi (compromise),
adalah suatu bentuk akomodasi di mana pihak-pihak yang terlibat perselisihan
saling mengurangi tuntutannya agar tercapai penyelesaian terhadap perselisihan
yang ada. Sikap dasar untuk dapat melaksanakan dan memahami keadaan pihak
lainnya dan begitu pula sebaliknya.
3). Arbitrase (Arbitration),
adalah suatu cara mencapai kompromi karena pihak-pihak yang bertikai tidak
dapat menyelesaikan sendiri pertentangan itu. Akhirnya pertentangan
diselesaikan oleh pihak ketiga yang dipilih oleh kedua belah pihak. Pihak
ketiga menyelesaikan sengketa dengan membuat keputusan-keputusan penyelesaian
atas dasar ketentuan yang ada. Keputusan yang disampaikan pihak ketiga tersebut
bersifat mengikat.
4). Mediasi (mediation),
adalah menyelesaikan pertentangan dengan mengundang pihak ketiga yang netral.
Tugas utama pihak ketiga adalah mengusahakan suatu penyelesaian secara damai.
Kedudukan pihak ketiga adalah sebagai penasehat. Pihak ketiga tidak mempunyai
wewenang untuk memberi keputusan terhadap penyelesaian pertentangan tersebut.
5). Konsiliasi (conciliation),
adalah suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-keinginan dari pihak-pihak
yang berselisih demi tercapainya persetujuan bersama. Contohnya, lembaga
tripat, yaitu panitia tetap yang khusus bertugas menyelesaikan persoalan
perburuhan, di dalamnya terdapat wakil perusahaan, wakil buruh dan wakil
departemen tenaga kerja.
6). Toleransi, disebut juga
tolerant-participation yaitu suatu bentuk akomodasi tanpa persetujuan formal.
Kadang-kadang toleransi timbul secara tidak sadar dan tanpa direncanakan.
7). Ajudikasi (adjudication),
adalah penyelesaian perkara atau sengketa melalui pengadilan.
8). Stalemate, adalah suatu
bentuk akomodasi dengan pihak-pihak yang bertentangan berhenti pada
titik tertentu dalam melakukan pertentangannya. Hal itu karena pihak
yang bertentangan mempunyai kekuatan seimbang.
c. Asimilasi, merupakan proses
yang ditandai dengan adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan yang terdapat
antara beberapa orang atau kelompok. Asimilasi juga meliputi usaha-usaha untuk
mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses-proses mental dengan
memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.
Asimilasi timbul apabila syarat-syarat di bawah ini
terpenuhi, yaitu :
1) Adanya
kelompok-kelompok manusia yang berbeda kebudayaan.
2) Orang-perorangan sebagai warga
kelompok saling bergaul secara langsung dan intensif untuk waktu yang lama.
3) Kebudayaan-kebudayaan
dari kelompok saling menyesuaikan diri.
Faktor pendorong asimilasi :
1). Toleransi terhadap kelompok manusia yang mempunyai
kebudayaan yang berbeda.
2). Kesempatan-kesempatan yang seimbang dalam bidang
ekonomi.
3). Sikap menghargai orang asing dan
kebudayaannya.
4). Sikap terbuka dari golongan yang berkuasa
dalam masyarakat.
5). Persamaan dalam unsur-unsur kebudayaan.
6). Perkawinan campuran.
7). Adanya musuh bersama dari luar.
Faktor-faktor yang menghambat asimilasi antara
lain :
1. Terisolasinya
kebudayaan suatu golongan tertentu di dalam masyarakat.
2. Kurangnya pengetahuan
suatu golongan tertentu mengenai kebudayaan golongan lain di dalam masyarakat.
3. Perasaan takut kepada
kekuatan kebudayaan kelompok lain yang dirasakan oleh warga suatu kelompok
tertentu.
4. Perasaan bahwa suatu
kebudayaan golongan atau kelompok tertentu lebih tinggi dari pada golongan atau
kelompok lain.
5. Perbedaan ciri
badaniah antar kelompok, misalnya warna kulit. Hal itu menandakan bahwa
perbedaan antar kelompok tidak hanya kebudayaannya tetapi juga rasial.
6. Perasaan in
group feeling yang kuat, artinya para warga kelompok yang ada merasa
sangat terikat kepada kelompok dan kebudayaan masing-masing.
7. Gangguan-gangguan diskriminatif
yang dilancarkan oleh golongan yang berkuasa terhadap golongan minoritas.
8. Perbedaan
kepentingan-kepentingan pribadi antar warga atau kelompok.
d. Akulturasi, merupakan suatu
proses dimana kelompok manusia dengan suatu kebudayaan tertentu dihadapkan pada
unsur kebudayaan asing yang berbeda. Unsur-unsur kebudayaan asing itu lambat
laun diterima dan diolah ke dalam kebudayaan sendiri, tanpa menyebabkan
hilangnya kepribadian kebudayaan itu sendiri.
Unsur-unsur kebudayaan ada yang mudah dan ada yang sukar untuk diterima
oleh masyarakat.
Unsur kebudayaan yang mudah diterima antara lain :
1) Unsur kebudayaan
kebendaan, seperti peralatan yang sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat
bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Misal, traktor untuk membajak
sawah, penggiling padi, blender, komputer, handphone dan lain-lain.
2) Unsur yang terbukti
membawa manfaat besar, misalnya radio dan televisi.
3) Unsur-unsur yang mudah
disesuaikan dengan keadaan masyarakat yang menerima unsur-unsur tersebut, misal
kesenian dan pakaian.
Unsur kebudayaan yang sulit diterima antara lain :
1) Unsur yang menyangkut
sistem kepercayaan, misal ideologi, falsafah hidup.
2) Unsur yang dipelajari
pada taraf pertama dalam proses sosialisasi. Misal masalah makanan pokok.
2. Proses interaksi
sosial yang dissosiatif atau oppositional
processes, yaitu proses interaksi sosial yang cenderung menciptakan perpecahan dan
merenggangkan solidaritas si antara anggota kelompok. Proses ini terdiri dari :
a. Persaingan, atau kompetisi adalah
suatu proses sosial dengan ciri individu atau kelompok-kelompok manusia
bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan.Persaingan itu pada
suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian publik atau dengan mempertajam
prasangka yang telah ada tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.
Tipe persaingan :
1) Persaingan ekonomi
2) Persaingan kebudayaan
3) Persaingan kedudukan
dan peran
4) Persaingan ras.
Fungsi persaingan antara lain :
1) Menyalurkan
keinginan-keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif.
2) Sebagai jalan di mana
keinginan, kepentingan serta nilai-nilai yang ada pada suatu masa menjadi pusat
perhatian dan tersalurkan dengan baik oleh mereka yang bersaing.
3) Merupakan alat seleksi
untuk medudukkan individu pada kedudukan serta peranan yang sesuai dengan
kemampuannya.
4) Alat untuk menyaring
para pekerja sehingga akan menghasilkan pembagian kerja yang efektif.
b. Kontravensi, terutama
ditandai oleh adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang, perasaan tidak
suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan. Dalam bentuk murni,
kontravensi berarti sikap mental tersembunyi terhadap orang lain atau unsur
kebudayaan suatu golongan tertentu. Sikap tersembunyi tersebut dapat berubah
menjadi kebencian, tetapi tidak sampai menjadi pertentangan atau pertikaian.
Bentuk-bentuk kontravensi menurut
Leopold von Wiese dan Howard Becker, antara lain :
1) Kontravensi umum,
meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan, keengganan, perlawanan,
perbuatan menghalang-halangi, protes, gangguan-gangguan, perbuatan kekerasan
dan mengacaukan rencana pihak lain.
2) Kontravensi sederhana,
berupa perbuatan menyangkal pernyataan orang lain di muka umum, memaki-maki
melalui surat selebaran, mencerca, memfitnah dan melemparkan beban pembuktian
kepada pihak lain.
3) Kontravensi intensif,
mencakup penghasutan, menyebarkan desas-desus, dan mengecewakan pihak-pihak
lain.
4) Kontravensi rahasia,
misalnya mengumumkan rahasia pihak lain dan perbuatan khianat.
5) Kontravensi statis,
misalnya mengejutkan lawan atau membingungkan pihak lawan.
Tipe-tipe kontravensi antara lain :
1) Kontravensi generasi
dalam masyarakat, biasanya terjadi karena adanya perubahan-perubahan yang
begitu cepat. Contoh pola hubungan antara orang tua dengan anak-anaknya,
biasanya terjadi kontravensi karena anak-anak menganggap orang tua mempunyai
pendapat yang kolot atau kuno sementara orang tua yang terikat tradisi tidak
begitu mudahnya menerima pendapat baru dari anaknya.
2) Kontravensi seksual,
menyangkut hubungan suami dan istri dalam keluarga. Nilai-nilai dalam
masyarakat menempatkan suami dan istri pada kedudukan yang sejajar, namun masih
ada keraguan terhadap kemampuan wanita mengingat latar belakang sejarah dan
kedudukan wanita pada umumnya.
3) Kontravensi parlemen,
berkaitan dengan golongan mayoritas dan golongan minoritas dalam
masyarakat, antara lain menyangkut hubungan dalam legislatif, keagamaan dan
pendidikan.
c. Pertentangan
(conflict), adalah suatu proses sosial dimana
setiap individu atau kelompok berusaha memenuhi tujuannya dengan jalan
menantang pihak lawan dengan ancaman atau kekerasan. Perbedaan unsur-unsur
kebudayaan, ciri-ciri badaniah, emosi dan pola-pola perilaku dapat mempertajam
dan mengakibatkan terjadinya konflik. Perasaan memegang peranan penting dalam
mempertajam perbedaan tersebut. Perasaan itu biasanya berwujud amarah dan rasa
benci yang menyebabkan dorongan untuk melukai, menyerang pihak lain, menekan
bahkan menghancurkan individu atau kelompok yang menjadi lawan.
Sebab-sebab terjadinya konflik :
1) Perbedaan antar individu
2) Perbedaan kebudayaan
3) Perbedaan kepentingan
4) Perubahan sosial
Bentuk pertentangan antara lain :
1) Pertentangan pribadi
2) Pertentangan rasial
3) Pertentangan antar
kelas sosial
4) Pertentangan politik
5) Pertentangan
internasional
Akibat pertentangan antara lain :
1) Bertambah kuatnya rasa
solidaritas antara sesama anggota
2) Goyah atau retaknya
kesatuan kelompok
3) Hancurnya harta benda
dan jatuhnya korban manusia
4) Adanya perubahan
kepribadian para individu
5) Adanya akomodasi
C. KETERATURAN SOSIAL
Keteraturan sosial merupakan hasil interaksi sosial, karena keteraturan
sosial tercipta karena adanya nilai dan norma sosial yang berlaku dalam suatu
masyarakat. Nilai dan norma sosial ini diciptakan untuk mengatur hubungan atau
interaksi antar anggota masyarakat yang bersangkutan. Hasil interaksi antar
anggota masyarakat yang dilandasi dengan norma dan nilai sosial itu menciptakan
keteraturan sosial dalam masyarakat yang bersangkutan.Setiap manusia atau
masyarakat selalu mendambakan ketentraman dhidupnya. Ketentraman tersebut dapat
terjadi apabila hubungan-hubungan sosial di antara anggota masyarakat dan
sistem kemasyarakatan berlangsung secara teratur sesuai nilai dan norma
yang berlaku. Kondisi masyarakat yang teratur akan menciptakan hubungan sosial
dan kehidupan sosial yang tertib, harmonis dan teratur.
Keteraturan sosial adalah suatu keadaan yang berciri
hubungan sosial yang berlangsung di antara anggota-anggota masyarakat tercermin
adanya keselarasan, keserasian dan keharmonisan sesuai dengan nilai-nilai yang
berlaku. Dengan demikian kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi dengan baik.
Keteraturan sosial diperlukan dalam suatu masyarakat karena setiap
masyarakat memiliki tujuan-tujuan atau cita-cita tertentu. Jadi, untuk mencapai
tujuan-tujuan ini, maka keteraturan sosial sangat diperlukan. Tanpa
keteraturan, mustahil tujuan-tujuan itu dapat dicapai. Ada banyak tujuan yang
ingin dicapai oleh suatu masyarakat antara lain kehidupan yang aman dan
tenteram, pembangunan yang berhasil, stabilitas yang mantap dan sebagainya.
Pengaruh dinamika sosial dalam interaksi sosial adalah bahwa kehidupan
sosial budaya masyarakat manusia bersifat dinamis, artinya selalu bergerak dan
berubah-ubah, betapapun kecilnya wujud perubahan itu. Perubahan sosial budaya
memiliki kecenderungan untuk berubah kearah yang positif atau negatif. Dengan
pemahaman tersebut, maka dinamika sosial juga mempengaruhi interaksi sosial,
baik secara lokal,regional maupun global. Pengaruh tersebut menyebabkan
munculnya kerjasama antaranggota masyaraat bahkan antar negara. Namun,
kadang-kadang interaksi sosial yang terjadi karena kontak sosial tersebut dapat
menimbulkan konflik. Misalnya, konflik Ambon, konflik Israel dan Palestina yang
memakan korban tidak sedikit. Oleh sebab itu, memahami proses interaksi sosial
dalam kehidupan sosial dalam masyarakat dapat diupayakan dengan usaha untuk
mengurangi konflk dan meningkatkan kerja sama. Selanjutnya, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidup masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
F. UNSUR-UNSUR
KETERATURAN SOSIAL
Unsur-unsur keteraturan sosial adalah :
1. Tertib sosial, adalah gambaran
tentang kondisi kehidupan suatu masyarakat yang teratur, dinamis dan aman
sebagai akibat adanya hubungan yang selaras antara tindakan, norma dan nilai
sosial dalam interaksi sosial.Kehidupan suatu masyarakat yang tertib ditandai
oleh beberapa hal , yaitu :
a. individu atau kelompok
bertindak sesuai norma dan nilai yang berlaku
b. adanya pranata-pranata
sosial yang saling mendukung
c. adanya sistem norma
dan nilai sosial yang diakui dan dijunjung tinggi oleh anggota masyarakat.
d. adanya kerjasama yang
harmonis dan menyenangkan.
2. Order, yaitu sistem norma
dan nilai-nilai sosial yang berkembang , diakui dan dipatuhi oleh seluruh
anggota masyarakat. Order atau perintah muncul sebagai hasil perkembangan
keteraturan sosial. Oleh karena itu, order sebagai bagian dari sistem nilai dan
norma sosial turut mengatur tindakan setiap individu atau kelompok
masyarakat tertentu dalam interaksi sosial. Contoh order antara lain :
a. perintah untuk
melaksanakan kerja bakti membersihkan selokan, membersihkan halaman dan bersih
desa.
b. Perintah untuk
bergotong royong seperti membangun jembatan, mendirikan bangunan SD dan
memperbaiki jalan.
3. Keajegan, yaitu gambaran suatu
kondisi keteraturan sosial yang tetap dan relatif tidak berubah sebagai hasil
hubungan yang selaras antara tindakan, norma dan nilai dalam interaksi sosial.
Contoh keajegan :
a. setiap pagi para siswa
pergi ke sekolah dengan mengenakan pakaian seragam, mengikuti pelajaran dan
kegiatan lain di sekolah.
b. seorang polisi lalu
lintas berdiri di pinggir jalan untuk mengatur kendaraan
c. ayah pergi ke kantor
untuk bekerja demi kesejahteraan keluarga
Kegiatan para siswa, orang tua dan pekerja dalam contoh tersebut telah
bersifat tetap menurut ketentuan atau aturan yang telah ditetapkan dalam
kehidupan bermasyarakat.
4. Pola, yaitu gambaran
atau corak hubungan sosial yang tetap dalam interaksi sosial.
Contoh pola antara lain :
a. seorang siswa harus
menghormati gurunya
b. seorang anak harus
berbakti pada orang tuanya
Terbentuknya pola dalam interaksi sosial tersebut melalui proses cukup lama
dan berulang-ulang. Akhirnya muncul menjadi model yang tetap untuk
dicontoh dan ditiru oleh anggota masyarakat. Oleh karenanya pola sistem
norma masyarakat tertentu akan berbeda dengan pola sistem norma masyarakat
lainnya.
BAB. III SMTER 2
KELAS X
D. STATUS, PERAN DAN KELAS
SOSIAL
A. Status Sosial
Status sosial adalah kedudukan sosial
seseorang dalam kelompok masyarakat (meliputi keseluruhan posisi sosial
yang terdapat dalam kelompok masyarakat). Status dibagi menjadi 3 :
1) Ascribed Status
Status yang diberikan kepada seseorang
oleh masyarakat tanpa memandang bakat/karakteristik untuk orang tersebut (didapat secara otomatis
melalaui kalahiran/keturunan .
Contoh : Keturunan kerajaan, Kasta.
2) Achieved Status
Status yang didapat seseorang karena
usaha-usahanya sendiri, seseorang harus melakukan sesuatu untuk mendapatkan statusnya,
seperti bersekolah, berketrampilan, menciptakan sesuatu yang baru. Status yang
diperoleh melalui perjuangan.
Contoh : mahasiswa, sarjana, dokter, hakim, guru, dll.
3) Assigned Status
Status yang diberikan kepada seseorang
karena telah berjasa melakukan sesuatu untuk masyarakat.
Contoh : Peraih gelar Doktor HC, Pahlawan,
Peraih Nobel dll.
B.Peran (Role) Sosial
Peran sosial adalah pelaksanaan hak dan kewajiban seseorang
sesuai dengan status sosialnya.
Antara peran dan status sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Tidak ada peran tanpa status sosial atau sebaliknya.
Peran sosial bersifat dinamis sedangkan status sosial bersifat statis.
Dalam masyarakat, peran dianggap sangat penting karena peran mengatur perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Dengan demikian pola peran sama dengan pola perilaku.
Antara peran dan status sudah tidak dapat dipisahkan lagi. Tidak ada peran tanpa status sosial atau sebaliknya.
Peran sosial bersifat dinamis sedangkan status sosial bersifat statis.
Dalam masyarakat, peran dianggap sangat penting karena peran mengatur perilaku seseorang berdasarkan norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Dengan demikian pola peran sama dengan pola perilaku.
Pola peran dalam masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga macam, berikut ini.
a. Peran ideal, yaitu peran yang diharapkan masyarakat terhadap status-status tertentu.
Misalnya peran
ideal seorang siswa adalah rajin belajar, sopan-santun, dan pandai.
b. Peran yang diinginkan yaitu peran yang dianggap oleh diri sendiri.
b. Peran yang diinginkan yaitu peran yang dianggap oleh diri sendiri.
Misalnya seorang ibu tidak ingin berperan
sebagai kakak bagi anak perempuannya yang menginjak remaja.
c. Peran yang dikerjakan yaitu peran yang dilakukan individu sesuai dengan kenyataannya.
c. Peran yang dikerjakan yaitu peran yang dilakukan individu sesuai dengan kenyataannya.
Misalnya
seorang bapak berperan sebagai kepala keluarga.
Di dalam masyarakat banyak individu yang memiliki lebih dari satu peran yang berbeda-beda. Kondisi ini dapat berakibat dinamis bagi peran sosial, namun dapat pula menimbulkan konflik, ketegangan, kegagalan, dan kesenjangan dalam berperan.
a. Konflik Peran
Konflik peran sosial timbul jika orang harus memilih peran
dari dua status atau lebih yang dimilikinya pada saat bersamaan.
Contohnya seorang guru yang juga seorang ibu rumah tangga, pada saat putrinya sakit. Pada waktu yang bersamaan ia harus memilih antara mengajar atau membawa putrinya ke dokter. Pada saat ia memutuskan mengantar putrinya ke dokter, dalam dirinya terjadi konflik karena pada saat yang sama tidak bisa menjalankan peran sebagai guru.
Contohnya seorang guru yang juga seorang ibu rumah tangga, pada saat putrinya sakit. Pada waktu yang bersamaan ia harus memilih antara mengajar atau membawa putrinya ke dokter. Pada saat ia memutuskan mengantar putrinya ke dokter, dalam dirinya terjadi konflik karena pada saat yang sama tidak bisa menjalankan peran sebagai guru.
b. Ketegangan
Ketegangan terjadi apabila seseorang mengalami kesulitan
melakukan peran karena adanya ketidaksesuaian antara
kewajiban yang harus dijalankan dengan tujuan peran itu
sendiri.
Contohnya seorang pimpinan perusahaan menerapkan
disiplin yang ketat kepada karyawannya yang sebagian
besar adalah keluarga dekatnya.
c. Kegagalan peran
Kegagalan peran terjadi apabila seseorang tidak sanggup
menjalankan berbagai peran sekaligus karena terdapat
tuntutan-tuntutan yang saling bertentangan.
d. Kesenjangan peran (role distance)
Kesenjangan peran terjadi apabila seseorang harus
menjalani peran yang tidak menjadi prioritas hidupnya
sehingga merasa tidak cocok menjalankan peran tersebut.
C. Kelas Sosial (clas
social)
Kelas sosial didefinisikan
sebagai suatu strata ( lapisan ) orang-orang yang berkedudukan sama dalam
kontinum ( rangkaian kesatuan ) status sosial. Definisi ini memberitahukan
bahwa dalam masyarakat terdapat orang-orang yang secara sendiri-sendiri atau
bersama-sama memiliki kedudukan social yang kurang lebih sama. Mereka yang
memiliki kedudukan kurang lebih sama akan berada pada suatu lapisan yang kurang
lebih sama pula.
Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar dari status yang rendah sampai yang tinggi.
Kelas sosial didefinisikan sebagai pembagian anggota masyarakat ke dalam suatu hierarki status kelas yang berbeda sehingga para anggota setiap kelas secara relatif mempunyai status yang sama, dan para anggota kelas lainnya mempunyai status yang lebih tinggi atau lebih rendah. Kategori kelas sosial biasanya disusun dalam hierarki, yang berkisar dari status yang rendah sampai yang tinggi.
Pengertian kelas
sosial adalah pembagian kelas dalam masyarakat berdasarkan kriteria tertentu,
baik menurut agama, pendidikan, status ekonomi, keturunan dan lain-lain. Setiap
masyarakat senantiasa mempunyai penghargaan tertentu dalam masyarakat yang
bersangkutan dan setiap masyarakat pasti mempunyai atau memiliki sesuatu yang
dihargainya.
Biasanya barang yang
di hargai itu berupa uang, benda-benda yang bersifat ekonomi, tanah, kekuasaan,
ilmu pengetahuan, dan penghargaan yang lebih tinggi di masyarakat tersebut
seperti keturunan dari keluarga yang terhormat
D. PROSES TERBENTUKNYA
KELOMPOK ,LEMBAGA DAN ORGANISASI SOSIAL
1. Kelompok Sosial dan
Asosiasi:
DEFINISI KELOMPOK SOSIAL MENURUT BEBERAPA AHLI
1. Paul B. Horton dan Chester L. Hunt, kelompok sosial
sebagai kumpulan manusia yang memiliki kesadaran akan keanggotaannya dan saling
berinteraksi.
2. Soerjono Soekanto, kelompok sosial adalah himpunan
atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup bersama karena adanya hubungan antara
mereka secara timbal balik dan saling mempengaruhi
3. Hendropuspito, kelompok sosial sebagai suatu
kumpulan nyata, teratur dan tetap dari individu-individu yang melaksanakan
peran-perannya secara berkaitan guna mencapai tujuan bersama.
Dapat disimpulkan bahwa kelompok sosial adalah
sekumpulan manusia yang memiliki persamaan cirri dan memiliki pola interaksi
yang terorganisir secara berulang-ulang, serta memiliki kesadaran bersama akan
keanggotaannya.
Menurut Robert Bierstedt, kelompok memiliki
banyak jenis dan dibedakan berdasarkan ada tidaknya organisasi, hubungan sosial
antara kelompok, dan kesadaran jenis. Bierstedt kemudian membagi kelompok
menjadi empat macam:
·
Kelompok statistik, yaitu kelompok yang
bukan organisasi, tidak memiliki hubungan sosial dan kesadaran jenis di
antaranya. Contoh: Kelompok penduduk usia 10-15 tahun di sebuah kecamatan.
·
Kelompok kemasyarakatan, yaitu kelompk
yang memiliki persamaan tetapi tidak mempunyai organisasi dan hubungan sosial
di antara anggotanya.
·
Kelompok sosial, yaitu kelompok yang
anggotanya memiliki kesadaran jenis dan berhubungan satu dengan yang lainnya,
tetapi tidak terukat dalam ikatan organisasi. Contoh: Kelompok pertemuan,
kerabat.
·
Kelompok asosiasi, yaitu kelompok yang
anggotanya mempunyai kesadaran jenis dan ada persamaan kepentingan pribadi
maupun kepentingan bersama. Dalam asosiasi, para anggotanya melakukan hubungan
sosial, kontak dan komunikasi, serta memiliki ikatan organisasi formal. Contoh:
Negara, sekolah, OSIS, Pramuka.
A. Kelompok Sosial Yang Teratur
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar